Rabu, 19 Mei 2010

TARING

Seberapa pantas kau untuk bersemayam dalam lebarnya luka hatiku
Seberapa pantas kau mampu buka jiwa yang tanpa ikatan
Seberapa pantas kau tebar keberingasanmu di depan mataku
Seberapa pantas kau hujam jantungku dengan taringmu
Seberapa pantas kau cabik-cabik hatiku....

Tapi aku salah...
Kau begitu pantas
Noda-noda darah membuncah dalam taringmu
Semakin ternoda semakin tajam taringmu

Aku ingin taringmu tumpul
Mengelinding seperti mutiara
Biar aku saja yang menemukannya
Tidak orang lain, tapi hanya aku...
Karena aku kekasihmu

Kekasih...
Yang selalu kau sakiti dengan taringmu
Yang selalu kau lukai dengan taringmu
Yang selalu kau kuasai dengan taringmu

Kekasih...
Apakah itu sebutan yang pantas untukku dan untukmu?
Tapi aku sungguh kekasihmu
Sungguh...
Aku tak pernah bohong
Aku kekasihmu...
Sekali lagi aku tak pernah bohong
Aku kekasihmu...
Dua kali lagi aku tak pernah bohongg
Aku kekasihmu...
sampai tak terhingga lagi aku tak pernah bohong
Aku tetap kekasihmu...



Surakarta, 15 mei 2010, 23:49
Aku benar-benar kecewa, marah, sungguh emosi yang labil untuk suatu sebab yang kujelaskan lewat puisi diatas. Silakan memahami menurut persepsi masing2 individu ya????

Sabtu, 15 Mei 2010

SENSASI ☼

Kegundahan dalam setiap detik,

Pertanyaan dalam setiap kesempatan,

Mengukir dalamnya hati akan sebuah harapan...


Angan berwujud kesempatan,

Mengelana di setiap likuan hidup,

Refleksi kekaburan menjadi satu media tontonan sumbang

Roman berbentuk ironi picisan yang siap untuk mencekik

Noda menjadi penghubung antara kenyataan dan pesona


Sang mentaripun turut larut dalam harapan,

Hingga lupa dia akan janjinya pada malam,

Waktupun menjadi kabur hingga tak bersimpul...

Kosong cepat menjadi isi

Tak akan habis jika kesakitan dan penderitaan itu jalannya

Doa, harapan, dan usaha

Kelak akan terpetik seperti rimbunya mawar

Meski duri jadi penghalang,

Rasa tetaplah semerbak......

Untuk waktu yang tak akan terbatas...



To myself, Ifmtl <’>

TankZ buat MT akan pengalamanya selama dua hari *_* finally...

12-05-2010

Pendidikan Non Formal dalam Mewujudkan Masyarakat Gemar Belajar

Pendidikan Non Formal, berperan sebagai pendekatan dasar dalam setiap program pengembangan masyarakat dan merupakan bagian penting dari setiap program pengembangan masyarakat pada tingkat lokal, regional dan nasional. Dalam hal ini sasaran perubahan yang ingin dicapai dalam pengembangan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar (learning socienty). Masyarakat gemar belajar mengandung pengertian perubahan dari situasi kehidupan semu (dreaming society) ke arah masyarakat berencana (planning society). Kehidupan yang semu digambarkan oleh Freire (1972) sebagai suasana kehidupan yang merasa tertekan, masa bodoh, tercekam dalam derita kehidupan, dan fatal. Dalam masyarakat ini penduduk tidak dapat berinterkasi positif dengan lingkungannya. Mereka senantiasa menjadi obyek dan bukan subjek pengembangan masyarakat yang ditandai rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan, kesempatan kerja dan kesadaran terhadap lingkungan. Sedangakan masyarakat berencana (planning society), menurut Graham (1975), adalah masyarakat yang amat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan dan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Sikap ilmiah dan terbuka, pikiran dan tindakan rasional, toleransi terhadap perbedaan pandangan dan latar belakang kehidupan, serta menitik beratkan segi kemanusiaan mewarnai tingkah laku mereka.
Vembrianto dalam Pendidikan Sosial Jilid Pertama sasaran pendidikan mengklasifisikan dalam enam kategori:
1. Para Buruh dan Petani
Dengan pendidikan yang sangat rendah atau tanpa pendidikan sama sekali merupakan golongan terbesar penduduk di negara-negara yang sedang berkembang, hidup dengan cara-cara tradisional yang masih dikuasai tahayu, tabue atau cara-cara hidup yang menghambat kemajuan (hambatan psikologik). Bagi golongan ini program pendidikan akan mempunyai arti apabila program tersebut:
a) Menolong meningkatkan produktivitas mereka , misal dengan mengajarkan berbagai keterampilan baru melalui pemberian metode baru dallam bertani.
b) Mendidik agar memenuhi kewajiban sebagai kepala negara dan kepala keluarga, sehingga menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.
c) Memberi jalan untuk mengisi waktu sengganya dengan kegiatan yang produktif
Yang dibutuhkan golongan ini adalah program baca tulis fungsional (functional literacy)
2. Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya
Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan pendidikan ketrmpilan (under employed) karena kurangnya bakat dan kemampuannya, memerlukan pendidikan vokasional yang khusus. Program terpenting bagi golongan ini ialah pendidikan yang bersifat remedial. Mungkin karena meninggalkan pendidikan di sekolah karena tidak tertarik, bosan atau tidak melihat pendidikan sekolah itu bagi kehidupannya, sebab itu program remidial yang diberikan harus dapat menarik, merangsang dan relevan dengan kehidupannya.
3. Para pekerja yang berketrampilan
Golongan ini memerlukan program pendidikan kewargaan negara dan pendidikan untuk pengguna waktu senggang secara produktif. Program yang disediakan baginya harus mengandung dua maksud:
a) Harus mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan pengetahuan dan otomasi, kepada mereka perlu diberikan latihan-latihan kembali untuk mendapatkan ketrampilan baru.
b) Program ini harus membuka jalan mereka untuk naik jenjang dalam rangka promosi ke kedudukan yang lebih baik.
Program semacam itu tidak semata-mata bersifat vokasional dan teknik, melainkan peningkatan atas pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
4. Golongan technicians dan professionals
Mereka pada umumnya menduduki posisi-posisi penting dalam masyarakat. Kemajuan masyarakat sangat tergantung pada golongan ini. Pada umumnya golongan ini telah memiliki kebiasaan dan motivasi yang kuat dalam self-learning.
5. Para pemimpin dalam masyrakat
Para pemimpin dalam masyarakat (golongan politik, agama, sosial, dsb) perlu selalu memperbarui sikpa dan ide-idenya agar mereka dapat berfungsi memimpin masyarakat, sesuai dengan gerak kemajuan dan pembangunan. Mereka harus mampu mensintesekan pengetahuan dari berbagai macam keakhilan. Kemampuan tersebut tidak pernah diperoleh dari pendidikan sekolah biasa. Sebab itu program pendidikan untuk mencapai hal itu perlu diadakan.
6. Golongan masyarakat yang sudah tua
Dengan bertambah panjangnya rata-rata usia manusia, maka jumlah masyarakat yang lanjut usia menjadi besar. Program pendidikan terlebih-lebih untuk memenuhi dorongannya untuk mengetahui hal-hal yang baru, jadi tidak penting jika dilihat dari kegunaan dan keuntungan materialnya.
Berdasarkan teori kebutuhan Maslow, kebutuhan yang paling dirasakan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang adalah kebutuhan dasar atau fisiologis. Oleh sebab itu, pada taraf pertama, aspek ekonomi inilah yang perlu dijadikan sasaran utama pendidikan luar sekolah sebagai rintisan awal untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar. Pada tahap berikutnya program ini menyangkut pula aspek-aspek kehidupan lainnya.
Kegiatan untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar diawali upaya membelajarkan masyarakat dalam aspek ekonomi sehingga mereka mampu melakukan fungsi penyediaan sarana produksi, produksi barang, dan pemasaran hasil (masyarakat pedesaan). Fungsi-fungsi lain dalam kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan sasaran untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar adalah fungsi penampilan diri, pemeliharaan kesehatan, kehidupan berorganisasi, dan perluasan kesempatan belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Joesoef, Soelaiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Bumi Aksara
Sudjana. 1991. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung: Nusantara Pers
Vembrianto. 1984. Pendidikan Sosial Jilid pertama. Yogyakarta: Paramita



Kamis, 13 Mei 2010

Sebentuk Cerita Cintaku

Berawal dari sebuah sapaan akhirnya menjadi sebuah harapan, dari sebuah harapan akhirnya timbul sebuah cinta...

Entah dari mana aku memulai, semua ini berputar laksana gasing dengan kecepatan konstan terarah namun akhirnya terhenti.
Sebuah pertanyaaan yang menusuk ku kau ungkap dalam sebuah forum.... hemm...itulah awal aku mulai jatuh cinta padamu. Aku yang terbiasa dengan jawaban mereka, mulai kehilangan kata, kehilangan kalimat, dan mulai kehilangan pegangan dari apa yang aku agung-agungkan. Darimu aku mengenal detil dunia, darimu aku mengenal semangat pantang putus asa, dan darimu aku megenal apa yang sebelumnya hanya ada dalam imajiku.

Aku selalu membanggakanmu dan aku sering menghayalkanmu namun tidak pernah tahu makna tiap khayalan itu...karena aku tak memiliki kenangan yang nyata tentangmu. Aku tak mampu mengubah kata-kata menjadi gambar-gambar beraneka warna sehingga memudahkanku untuk mengenangmu.

Apakah aku jatuh cinta?
Sebenarnya pertanyaan itu sudah kutahu jawabnya dan tak ada guna jika ditanyakan.

Cinta... berdekatanpun kita tak saling menatap, kau tak akan mengenaliku dan pelan-pelan akan melupakanku.
Pernah aku berbahagia ketika hatimu memberi isyarat tentang aku. Tapi itu Cuma ilusi... semua cintamu hanya ilusi, menggumpal hanya di pikiran, namun tak punya jejak dan tak terarah kemanapun, Cuma menggumpal dan menggoda. Aku cuma jadi bayang-bayang, melenggang ketika saling bertabrakan tak pernah bisa merasakan satu sama lain, begitu dekat, namun begitu jauh, begitu lekat namun begitu rapuh. Begitu bersih namun penuh dengan goresan Yang tersisa hanya hati kita yang tergoda, tanpa ingatan dan tanpa masa depan...

To myself, Ifmtl <’>







Chatting Dibalik Layar Handphone ( episod 2)

C. Chatting dalam Teori Konsumsi
Ketika kita membeli handphone, pasti sebelumnya ada pertanyaan yang terlintas mengapa membeli handphone tersebut? Dan jawabannya akan berbeda-beda ada yang mengatakan fiturnya bagus, membutuhkannya untuk internetan di hotspot, untuk keren-kerenan, bentuknya keren atau bahkan ada yang mengatakan karena ikut-ikutan temannya Satu handphone berjuta jawaban. Intinya anda membeli barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan anda. Kepuasan yang dihasilkan dari barang tersebut juga bermacam-macam tergantung siapa yang menggunakannya.
Globalisasi sendiri telah menciptakan konsumerisme akibat dari masuknya produk-produk barat yang disinyalir merupakan perwujudan gaya hidup modern. Konsumerisme bukanlah semata-mata karena perilaku yang merupakan keputusan sadar bagi individu namun juga dilihat dari kerangkan perubahan budaya masyarakat, dimana hal itu merupakan representasi masyarakat yang terdongkrak menjadi kelas menengah. Kelompok masyarakat ini membutuhkan alat ekspresi dan cara komunikasi yang baru yaitu dengan menggunakan symbol-symbol pencitraan diri yaitu dengan menggunakan merek-merek terkenal. Disini fungsi konsumsi berubah dari yang dulunya merupakan kebutuhan dasar menjadi konsumsi yang bermakna symbolis. Perubahan ekonomi dan globalisasi mau tak mau akan menghasilkan perubahan semacam itu. Kekuatan global saat ini berubah bentuk menjadi wajah menarik, yaitu pola hidup modern yang diwujudkan dengan budaya konsumtif, pergaulan bebas, hedonistik, dan individualis, membawa masyarakat terlena dan tidak terasa bahwa dirinya sedang mengalami penjajahan
Akhirnya masyarakat modern telah menjelma menjadi masyarakat semu, yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kapitalisme dalam ekonomi, yang membangun produk berdasarkan perbedaan produk dan gaya hidup. Dalam perekembangan kapitalisme Boudrillard melihat bahwa penggunaan ruang didominasi oleh proses-proses konsumerisme
McLuhan dalm bukunya Understanding Media, The Extensions of Man yang ditulis pada tahun 1964 dimana pada dekade awal perekmbangan televisi dan komputer, berpandangan bahwa perkembangan teknologi informasi khususnya televisi dan komputer telah memungkinkan manusia hidup dalam dunia yang disebut “Global Village” dunia yang tak lebih besar dari sebuah layar kaca. Karena dapat disiarkan kembali segala bentuk informasi melalui media tersbut. Inilah awal dari dunia Hypereal yang digambarkan Baudrillard
Mengadopsi pemikiran McLuhan, jean Baudrillard berpandangan bahwa perkembangan teknologi tidak saja memperpanjang badan atau saraf manusia bahkan mampu menghasilkan duplikat manusia: mampu menyulap fantasi, halusinasi, ilusi atau science fiction manjadi nyata: mampu mereproduksi masa lalu dan nostalgia: mampu melipat-lipat dunia sehingga tak lebih dari sebuah layar kaca. Bagi Boudrillard kebudayaan dewasa ini mengikuti salah satu model produksi yang disebut “simulasi” yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa realitas atau asal usul – hiperelialiatas melalui model tersebut manusia terjebak pada satu ruang yang mirip suatu bentuk yang nyata padahal itu merupakan kebohongan atau semu. Dalam dunia simulasi manusia yang menghuni ruang tersebut mengami kesadaran tipis antara semu dan nyata atau yang benar dan palsu. Sehingga manusia hidup dalam ruang khayali dan nyata yang menawarkan informasi dan membentuk sikap dan gaya hidup manusia.
Dalam pandangan dua pemikir diatas melihat ketidak terpisahan antara perkembangan sains dan teknologi, penggunaan ruang dan waktu dalam kapitalisme barat. Konsep “kemajuan” yang melandasi perkembangan masyarakat kapitalis modern menuntut penakluan ruang serta “penghancuran ruang melalui waktu” yang akhirnya merubah dunai seperti yang dikatan McLuhan sebagai “global Village”
Dalam perekembangan kapitalisme Boudrillard melihat bahwa penggunaan ruang didominasi oleh proses-proses konsumerisme. Penaklukan ruang oleh kapitalisme menjadi unsur penting dalam konsumerisme yang dijadikan komuditas. Konsumerisme menjadikan masyarakat dunia seperti yang dikatakan oelh Bourillard sebagai “ruang simulacrum” yaitu ruang yang disarati dengan duplikasi atau daur ulang berbagai fragmen dunia yang berbeda-beda dalam satu ruang dan waktu yang sama- ruang yang memungkinkan chatter mahasiswa melakukan komunikasi dua arah atau lebih untuk mengetahui berita terhangat.
Setelah ruang dapat ditaklukan oleh waktu. Unsur berikutnya adalah “kecepatan” yang menjadi penting bagi budaya konsumerisme. Paul Virillo seorang kritikus Italia mengungkapkan “kecepatan” dalam kapitalisme tidak semata-mata fenomena sosial dan ekonomi namun politik dan juga estetika. Manusia direpresentasikan eksodus dan tamasya dalam kecepatan tinggi menjelajahi ruang nihilisme dan fatalisme pencitraan melalui seperangkat media kecepatan. Totalitas hidup manusia berlalu dalam wacana penjelajahan kecepatan yang tidak disadarinya. Bermain dengan kecepatan merupakan ekstase yang gunanya tidak perlu dipikirkan lagi. Produk-produk yang ditawarkan di media baik cetak maupun elektroik mengalir dalam kecepatan yang tinggi membawa konsumen kedalam satu penjelajahan menembus kecepatan yang tak seorang pun dapat mencegahnya.
Menurut Virilio kapitalisme pada tingkatannya yang advanced sekarang ini, pada hakekatnya tak lebih sebuah panggung tempat drama “kecepatan” dipertunjukkan. Tak pelak dia menyindir masyarakt kapitalis barat sebagai masyarakat yang hidup dalam ruang “epilepsi” yaitu ruang yang disarati oleh Paul Virilio, The Aesthetics of Dissappearance (New York; Simiotex, 1991, hal 86) “...kejutan-kejutan dan frekuensi-frekuensi yang fariasinya tak terduga, yang tidak lagi berkaitan dengan tekanan dan dan represi akan tetapi dengan interupsi (melalui percepatan), muncul dan menghilangakn dunia riil”

Apa Itu Chatting ??
Sebuah konsep yang dihadirkan mengenai chatting via Hp sebenarnya tidak akan berbeda jauh ketika kita ber SMS. Namun disini chatting menawarkan kelebihan karena dapat digunakan untuk komunikasi dua arah dengan beberapa orang sekaligus dimana mereka otomatis dapat langsung mengetahui informasi yang diberikan karena dalam keadaan online. Dengan Chatting kita akan dapat mengenal orang dari berbagai belahan dunia. Selain make a relation baik dalam persahabatan, atau pacaran 85 % menganggap itu suatu bentuk hiburan pelepas strees setalah disibukkan dengan rutinitas perkuliahan atau kegiatan lainnya. Namun apakah benar itu adalah bentuk hiburan?... tak kala mereka mereka membutuhkan waktu berjam-jam dengan memelototi layar handphoene untuk berchatting ria.
Ruang Dan Waktu
Chatting membuat dunia hanya selebar layar HP yang dapat digenggam dengan mudah. Ruang dan waktu seakan begitu dekat dengan kecepatannya yang ibarat hanya dengan duduk saja orang bisa sampai ke berbagai belahan dunia untuk bertemu dengan berbagai macam karakter orang. Dalam perekembangan kapitalisme Boudrillard melihat bahwa penggunaan ruang didominasi oleh proses-proses konsumerisme. Setiap orang perlu membeli Hp canggih padahal mereka tahu bahwa mereka tidak tahu untuk apa informasi tersebut. Dengan menyitir pendapat dari McLuhan memang tepat rasanya dengan chatting konsep “global Vilage” bukan merupakan suatu perkataan yang utopis belaka.
“Ruang simullacrum” yang oleh Boudrillard sebagai tempat yaitu ruang yang disarati dengan duplikasi atau daur ulang berbagai fragmen dunia yang berbeda-beda baik itu berbentuk bahasa, symbol dalam tulisan, penulisan, dll yang dilebur dalam satu ruang dan waktu dengan kecepatannya yang dapat secara langsung mengabarkan informasi kepada netter. Dalam dunia simulasi manusia yang menghuni ruang tersebut mengami kesadaran tipis antara semu dan nyata atau yang benar dan palsu. Disini manusia bahkan sudah tidak dapat lagi mengetahui mana yang nyata dan khayal. Chatting yang merupakan dunia semu, ruang dan waktu juga telah membuat kekaburan dan kebohongan mengenai identitas penggunanya sehingga tak jarang banyak sekali penipuan-penipuan yang dilakukan di dalam dunia seperti ini. Boudrillard mendiskripsikan dengan hancurnya sekat-sekat yang ia sebut dengan ”impolsion” antara media dan dunia sosial sehingga berita dan hiburan melebur menjadi satu sama lain.
Disinilah peran kapitalis telah berhasil dalam menjarah kesadaran manusia yang dicekcoki produk yang bernama chatting. Hampir selama 3 sampai 5 jam informan melakukan kegiatan tersebut, jika dilihat berapa besar jika dalam 1 jam mengahabiskan kurang lebih Rp. 300,00 coba kalo dikali dengan 5 jam belum lagi jika dikali seminggu. Sudah berapa banyak uang dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan chatting tersebut. Meskipun menurut mereka chatting lebih murah daripada ber SMS tapi kalau dilihat berapa kalkulasi biaya yang dikeluarkan chatting mungkin akan lebih boros. Itulah yang dibidik oleh kaum kapitalis suatu bentuk penghemonian alam bawah sadar kita.

D. Sebuah Gaya Hidup Baru
Gaya visual dapat mengacu dengan gaya hidup, Alfin Toffler mengatakan gaya adalah “alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan identifikasi mereka dengan subkultur-subkultur tertentu. Setiap gaya hidup disusun dari mozaik beberapa item, yaitu supr product yang menyediakan cara mengorganisir produk dan ide . gaya hidup memang menawarkan rasa identitas dan sekaligus alat untuk menghindari kebingungan karena banyaknya pilihan. Dunia cyberspace meengajari masyarakat untuk memperbarui citra dirinya karena hal itu merupakan salah satu cara untuk bersosialisasi. Fungsi perangkat elektronik yang berkaitan dengan komunikasi menjadi sangat penting. Percepatan adalah solusi yang ditawarkan kapitalisme dimana produk datang dan menghilang dengan cepat yang memacu masyarakat untuk cepat bosan sehingga menciptakan hasrat untuk memprbarui citra diri.
Aldin dan Subaldy (2000: 165) mengemukakan gaya merupakan wahana ekspresi dalam kelompok yang mencampurkan nilai-nilai tertentu dari agama, sosial, dan kehidupan moral melalui bentuk-bentuk yang mencerminkan perasaan. Dalam abad ke-21 telah menjamur berbagai industri modern diantaranya yaitu industri muda atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, pusat perbelanjaan, apartemen real estate, makanan serba instan, telepon seluler, industri iklan serta televisi, industri-industri yang modern tersebut akan menyebabkan banyak masyarakat mementingkan gaya daripada isi ataupun fungsinya.
Dalam ilmu antropologi gaya hidup didefinisikan sebagai pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat yang dapat diamati dan yang memberikan identitas khusus pada golongan itu (Suyono, 1985) sedangkan menurut Chaney (1996: 50) gaya hidup merupakan cara kehidupan yang khas, yang dijalankan bersama oleh kelompok tertentu dalam masyarakat sehingga menjadi ciri khas kelompok tersebut dan oleh karena itu dapat dikenali.
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya, gaya hidup merupakan frame of reference (bingkai) yang dipakai seseorang dalam tingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh mata orang lain.
Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosialnya yang disandangnya untuk merefleksikan image inilah dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam perilaku konsumsinya (Setyo, 2004). Menurut Chaney (1996: 167) ada tiga hal yang menjadi karakteristik gaya hidup. Karakteristik tersebut yaitu:
a. Tampilan luar
Penampilan luar dari benda-benda, orang, ataupun aktivitas menjadi aspek penting dalam masyarakat. Perkembangan modernisasi yang berupa teknologi dan televisi telah memunculkan iklan sebagai masyarakat lebih mementingkan kemasan luarnya saja dari pada fungsi atau manfaatnya. Industri periklanan menampilkan label, logo dan slogan yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari. Misalkan saja terdapat iklan produk pakaian menampilkan citraan eksklusif, modis, dan berjiwa
muda. Fungsi utama pakaian yaitu menutupi badan dibiarkan saja karena masyarakat akan memburu pakaian tersebut karena bisa eksklusif modis dan berjiwa muda.


b. Diri dan identitas
Semua sifat dan kualitas diri setiap individu merupakan sebuah identitas baginya. Misalnya saja seorang atlet mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan sehat, olah raga teratur dan cukup tidur. Sehingga dengan kata lain bahwa identitas sebagai seorang atlet dituntut untuk selalu mempunyai pola hidup sehat.

c. Fokus perhatian yang berulang-ulang
Cara-cara yang diterima oleh suatu kelompok bisa dikenali melalui ide-ide, nilai-nilai, cita rasa, musik, makanan, pakaian dan lain-lain. Namun demikian sifatnya tidak mutlak atau bisa berubah-ubah, terutama menyangkut gender dan subkultur dalam suatu masyarakat. Misalnya celana jeans yang dahulu hanya dipakai oleh laki-laki saja maka sekarang seiring berkembangnya zaman, para wanitapun telah memakainya juga. Sehingga gaya hidup tersebut dapat senantiasa berubah dan tidak terbatas pada satu zaman saja.

Menurut informan yang berhasil diwawancarai mayoritas mereka menghabiskan 3 – 5 jam berkutat dengan kegiatan yang bernama chatting. Rata-rata mahasiwa ini mulai mengenal chatting sejak usia SMP dan SMA ketika masih booming-boomingya mRCl. Menurut salah satu informan yang berasal dari fakultas teknik Arsitektur ”sampai sekarang saya sudah 5 tahun mengenal chatting dan sudah 2 tahun ini saya mulai mengalihkan fungsi chatting dari PC ke HP karena lebih nyaman” ” saya dapat menambah teman dan memperluas jaringan” katanya ” pertama kali aku mengenalnya ketika SMP dari teman-temank, kemudian jadi dech aku ikut-ikutan kaerena asyik” ” dalam 3 hari aku bisa menghabiskan pulsa sebesar 5000 rupiah hanya untuk chatting” ”sebenarnya memang lumayan boros sich, tapi tak apa2 karena hidupku akan lebih bewarna karena mengenal orang-orang yang berbeda-beda”
Masyarakt konsumen yang lahir beriringan dengan globalisasi dan transformasi yang salah satunya adalah ditandai dengan perkembangan handphone. HP yang dulunya hanya dimiliki kelas atas dalam perekembangannya sekarang ini bukan lagi monopoli suatu kelas. Itu juga yang ada dalam gaya hidup chatting saat ini. Tidak perlu HP mewah untuk melakukannya bahkan hanya Rp 300.000 asal mendukung GPRS sudah dapat melakukan chatting.
Saat ini aplikasi seperti Mxit dan Mig33 masih mempunyai pangsa konsumen terbesar . Selain murah, kita juga dapat menambah banyak teman dari berbagai macam kota yg ada di Indonesia. Kita juga bisa dapat teman dari luar negeri, jika kita dapat mensettingnya secara benar dan tepat. Hikmahnya selain bisa menambah teman, kita juga bisa sharing masalah masing-masing atau cerita-cerita tentang aktivitas yg kita lakukan. Namun demam Facebook yang mewabah saat ini di Indonesia membuat larisnya konsumsi chat melalu eBudy atau Nimbuz karena aplikasi tersebut dapat disetting untuk Facebook.
Dalam karyanya gaya hidup dipahami channey sebagai proyek refleksif dan penggunaan fasilitas konsumen secara kreatif. Tampaknya gaya hidup sudah merupakan proyek yang lebih penting daripada aktivitas waktu luang yang khas, dan Giddens sendiri telah mengingatkan bahwa gagasan gaya hidup sendiri teah dikorupsi oleh konsumerisme. Cara khusus yang dipilih seseorang untuk mengekspresikan diri, tak disangsikan lagi merupakan usaha untuk mengekspresikan gaya hidup. Diasusmsikan oleh Chaney bahwa gaya hidup adalah ciri dunia modern maksudnya adalah siapaun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggambarkan tindakan sendiri maupun orang lain. Gaya hidup sendiri menurutnya berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami mereka yang tidak hidup dalam mannusia modern.

Mahasiswa Sebagai Pelaku
Tiap mahasiswa mempunyai identitas sendiri baik itu karakter, sifat, yang ada dalam diri sendiri ataupun identitas yang melekat dalam diri manusia yang berasal dari luar misalnya status sosialnya di mata manusia lain. Perilaku individu dapat dipelajari dengan identitas yang mucul baik itu sifat, sikap, kata-kata (pernyataan) atau perbuatan yang dilakukan mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa dengan pendidikan yang dimiliki maka akan memperoleh ruang interaksi dan mobilitas yang luas tidak hanya di dalam kampus namun juga diluar kampusnya. Interaksi dan mobilitas yang dilakukan mahasiswa bisa sebagai bentuk pencarian identitas seseorang mahasiswa. Seiring perkembangan zaman yang ditandai dengan merebaknya berbagai bentuk gaya hidup modern, mahasiswa yang diharapkan mempunyai kemampuan sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang. Mahasiswa datang dari berbagai daerah, kehidupan di kampung asalnya tentu berbeda dengan kehidupan di sekitar kampus yang mayoritas telah terpenuhi oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern.
Maka mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat sehingga senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti trend perkembangan zaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki gaya hidup konsumtif.

Komunitas Mahasiswa Penghobi Chatting
Menurut Chaney Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya, gaya hidup merupakan frame of reference (bingkai) yang dipakai seseorang dalam tingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. berikut juga yang terjadi pada mahasiswa UNS penghoby chatting via handphone, banyak dari mereka yang mendirikan komunitas akibat dengan seringnya mereka bertemu di dunia maya. Interaksi yang tidak hanya dilakukan lewat dunia maya namun juga dunia nyata. Benar kata Boudillard, memang tipis sekali jika dilihat antara dunia maya dan nyata, begitu mudahnya dijangakau oleh suatu pertemuan. Dari pertemuan-pertemuan itulah akan terlihat dari mana lapisan orang itu berasal yang mana tidak seluruhnya adalah mahasiswa yang memiliki kantong berlebih.
Banyak yang menilai bahwa mereka yang menyukai dunia maya seperti chatting adalah orang yang krisis identitas karena tidak memiliki kepercayaan diri sehingga diekspresikan pada sesuatu yang semu sifatnya. Namun disini penulis melihat ini adalah sebuah gaya hidup baru yang merupakan imbas dari globalisasi yang diwujudkan dengan perkembangan teknologi, dengan campur tangan kapitalis akhirnya tercipta suatu bentuk pencitraan yang bernama chatting. Bahkan banyak dari informan mahasiswa ini yang banyak mengikuti kegiatan di luar bangku kuliah misalnya kerja part time, Unit Kegiatan kampus, dsb chatting sendiri merupakan bagian dari gaya hidup mereka dapat dikatakan disini adalah pelampiasan kejenuhan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam dunia nyata sehingga mereka membutuhkan sesuatu yang sifatnya semu untuk menciptakan dunia khayalnya.

Kesimpulan
Dalam masyarakat modern yang menjelma menjadi masyarakat semu, tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kapitalisme dalam ekonomi, tak terkecuali perkembangan teknologi informasi yang menjadi wacana dalam kapitalisme yang membangun produk berdasarkan perbedaan produk dan gaya hidup. Kehidupan mahasiswa penghobi chatting saat ini dilihat sebagai akibat dari bagaimana kebudayaan dan identitas terbentuk dalam globalisasi. Karena globalisasi mampu menyediakan sebuah tempat yang begitu luas bagi pembentukan identitas; sirkulasi tanda maupun simbol dan perpindahan antartempat yang semakin mudah, yang dikombinasikan dengan perkembangan teknologi komunikasi, membuat percampuran dan pertemuan kebudayaan juga semakin mudah.
Dampak “globalisasi” sebagai sebuah gerakan budaya telah menghadirkan perbedaan antara masa lalu dan sekarang. Budaya global ditandai oleh integrasi budaya lokal—yang lebih kecil, contohnya saja adalah budaya mahasiswa—kedalam suatu tatanan global. Nilai-nilai kebudayaan luar yang beragam menjadi basis dalam pembentukan sub-sub kebudayaan yang berdiri sendiri dengan kebebasan-kebebasan ekspresi. Globalisasi yang ditandai oleh perbedaan-perbedaan dalam kehidupan telah mendorong pembentukan definisi baru tentang berbagai hal dan memunculkan praktek kehidupan yang beragam.
Teknologi yang membawa informasi memang membawa perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika informasi dan teknologi yang terjadi. Praktek-praktek kultural baru seperti yang tampak dalam gaya hidup dan kebiasaan konsumsi misalnya, kemungkinan besar telah menjauhkan mereka dari nilai-nilai kultural dan etik tradisional. Akibatnya, mereka dianggap hidup dalam kondisi hampa makna dan nilai.
Kondisi yang seperti itu juga tengah dialami mahasiswa penghobi chatting via handphone dengan study kasus di kampus UNS. Chatting telah menjadi kebutuhan tersendiri bahkan laksana kebutuhan primer. Disinilah kapitalis telah berhasil menciptakan produk yang berhasil menguasai kesadaran mereka. Sehingga batas anatara yang sadar dan khayal sedemikian tipis. Ruang dan waktu dalam dunia chatting didesain sedemikian cepat untuk mengabarkan berbagai informasi. Tidak salah apa yang dikatakan bahwa kapitalisme Boudrillard melihat bahwa penggunaan ruang didominasi oleh proses-proses konsumerisme. Konsumerisme sendiri telah membentuk gaya hidup mahasiswa dimana mereka mulai membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosialnya yang disandangnya untuk merefleksikan image inilah dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam perilaku konsumsinya (Setyo, 2004). Namun chatting melalui hp sendiri bukanlah dominasidari status atas karena hanya dengan Rp. 300.000 yang digunakan untuk membeli HP dengan fasilitas GPRS sudah dapat digunkan untuk chatting. Dalam hal ini sudah terjadi kekaburan antara status atas dan bawah seperti HP (dengan tidak memperhatikan kecanggihannya) sendiri yang saat ini mulai menyentuh seluruh lapisan tanpa terkecuali.









Daftar Pustaka

Adlin, Alfathri. 2006. Resistensi Gaya Hidup : Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra.
BISKOM. Sept 08 th, 2009. Pengguna Nimbuzz Lebih Banyak untuk Chatting di Ponsel
Chaney, David, 1996. Life Styles: Sebuah pengantar komprehensif. Terjemahan
Rouledge. Yogyakarta: Jalasutra.
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/chatting_dan_pengaruh_bagi_remaja.
Ibrahim, Idi Subandy. 2000 Lifesytle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komoditas Indonesia.
Jakarta: Jalasutra.
Liliweri, Alo. 2001. Gatra Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chatting Dibalik Layar Handphone

A. Latar Belakang Masalah
Globlisasi menciptakan dunia tanpa batas di berbagai sektor tak terkecuali komunikasi. Dahulu untuk mengabarkan berita dari satu tempat ke tempat yang lain apalagi dengan jarak yang berjauhan terasa begitu lama, namun ketika modernisasi dalam bidang teknologi berkembang, maka yang lama akan menjadi cepat dan yang jauh akan menjadi dekat. Globalisasi menciptakan bentuk kemoderenan dimana Globalisasi, modernisasi, dan kapitalisme berada dalam satu jalur yang mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang hedonis dan materialistis melalui komoditas yang melimpah ruah yang merupakan hasil dari Industrialisasi yang makin tumbuh dengan subur. Proses globalisasi selalu diiringi oleh penyebab kapitalisme yang dipandang sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat yang hedonisme dan materialistis sehingga, dapat dikatakan bahwa globalisasi juga mengarahkan kehidupan masyarakat pada pola-pola konsumtif yang semakin merebak dalam masyarakat.
Perkembangan teknologi internet yang pesat telah menciptakan kemudahan tersendiri bagi kehidupan manusia yang melek teknologi. Dahulu internet hanya bisa diakses lewat PC yang dihubungakan dengan konektor via modem, namun seiring kemajuan alat komunikasi, HP juga dapat digunakan untuk berkoneksi dengan internet, namun disini hanya HP yang mendukung fasilitas GPRS yang dapat digunakan untuk mengaksesnya.
Kita lihat saja data rumah tangga pengguna HP, Pada 2005 lebih dari separo RT yang mempunyai HP ternyata 43%-nya mempunyai nomor HP lebih dari 1, sedangkan pada 2006 dari 60% RT yang memiliki HP, sekitar 48%-nya memiliki nomor HP lebih dari 1. Hal ini menunjukan bahwa DKI Jakarta merupakan wilayah dengan pengguna HP yang sangat potensial pasarnya.
HP saat ini merupakan alat komunikasi yang sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan dan sudah merasuki berbagai lapisan sosial masyarakat, mulai dari anak kecil sampai orang berumur, kelas ekonomi yang rendah sampai tinggi, bahkan dari anak TK sampai mashasiswa mulai merasakan ketergantungan terhadap HP. Kebutuhan akan HP bagi tiap kalanganpun berbeda-beda ada yang hanya digunakan untuk bertelepon, sms, mendengarkan musik, atau hanya sekedar ajang pamer karena memiliki HP yang terbaru.
HP dengan fasilitas GPRS memungkinkan mendownload sesuatu misalnya music palayer, video, picture, game atau aplikasi-aplikasi yang lain. selain browsing di internet dengan menggunakan HP yang paling banyak dilakukan setelah itu adalah chatting via Hp.
Makin banyaknya aplikasi chatting yang merebak di kalangan remaja dan dewasa tentu saja membuat orang banyak menggunakannya apalagi chatting via Hp lebih mudah dibawa kemana-mana daripada dengan menggunakan PC .Salah satu aplikasi yang banyak digunakan oleh kalangan remaja dan dewasa dibawah tiga puluhan pada chatting via HP adalah Migg33, Mxit, YehBa, eBuddy, qeep, Nimbuzz, dsb. Aplikasi tersebut selain murah juga mudah didapatkan dengan cara mendownload ke situs penyedia bahkan ada juga aplikasi yang dapat menghubungakan dengan situs chatting pada situs web misal Yahoo massenger, facebook, MSN, AIM, google talk, dsb.
Maraknya para pemakai teknologi internet khususnya chatting via Hp akhirnya telah menimbulkan komunitas sosial tersendiri bagi pemakainya dan hal itu juga terjadi di kalangan mahasiswa. Chatting bagi mereka sudah menjadi kebutuhan seperti makan, minum atau bahkan ibadah sekalipun. Kebutuhan tersebut akhirnya sangat sulit untuk ditinggalkan dan akhirnya menjadi ketergantungan bagi penggunanya..
Dalam situs www.mig33.com menyebutkan jumlah user aktif di Indonesia mencapai 20 juta pengguna, terbanyak di dunia. Dari data yang berhasil didapat anggota komunitas room Solo Im3 ada 60 anggota yang terdaftar pada gelombang pertama. Dari data BISKOM : Mitra Komunikasi Telematika (www.biskom.web.id) yang ditulis pada 5 september 2008 pengguna aplikasi Nimbuzz sejak direlease pada 13 Mei, telah terjadi peningkatan hingga 30 % perbulan, terhitung hingga akhir agustus 2008. sedangkan berdasarkan survey yang dilakukan selama pertengahan Mei hingga Juli oleh Nimbuzz peningkatan pengguna di Indonesia mencapai 130 ribu orang dengan komposisi sekitar 6% pengguna PC dan hampir 91% pengguna menggunakan aplikasi melalui ponsel. Menurut Evert Jaap Lught pendiri dan CEO Nimbuzz mengatakan berdasarkan survey Nimbuzz berdasarkan segmen demografi yaitu, 87% pria, 70 % usia 19-34 tahun, 60% lajang, 65% lulusan universitas, 47% para pekerja dan 36% adalah pelajar.
Melihat hal itu wajar jika pengguna komunikasi HP di Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar bagi aplikasi-aplikasi chatting tersebut hal itulah yang diungkapakan oleh CEO Mig33 Steven Goh dan CEO Nimbuzz Evert Jaap. Fasilitas-fasilitas yang ditawarkan dari tiap-tiap aplikasi chattting pun berbeda-beda masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri atau juga tergantung kesenangan tiap individu pemakai.
Pada zaman sekarang manusia bisa melakukan interaksi dimanapun saja baik secara langsung atau tidak langsung, semua bisa ditembus oleh manusia tanpa ada batas-batasannya. Berdasarkan latar belakang maka kami ingin mengangkat sebuah fenomena yang ada di kampus dimana pada saat ini terlihat banyak para mahasiswa yang banyak mempunyai handphone dengan merek dan tipe yang beragam. Karena dunia chatting-an hanya dapat dilakukan dengan menggunakan handphone yang sudah dilengkapi aplikasi fasilitas chatting, dan butuh pulsa yang banyak jadi dapat dikatakan bahwa chatting adalah gaya hidup para mahasiswa dikalangan menengah keatas. Karena setiap para mahasiswa yang bermain chatting dalam 24 jam sehari bisa menghabiskan biaya sampai dengan lima ribu rupiah. Pada saat jam kuliah berlangsungpun banyak para mahasiswa yang secara sembunyi-sembunyi lebih asyik bermain chatting-an dibandingkan dengan mendengarkan dosen menyampaikan materi. Sehingga secara tidak langsung chatting-an lewat via handphone ini dapat mengganggu proses belajar dan akademik mahasiswa. Para mahasiswa ke kampus hanya digunakan sebagai tempat bermain nongkrong atau saja, tidak menggunakan kampus sebagai fungsinya layaknya lembaga akademik. Hal yang sama juga terlihat dikos atau dirumah, banyak dari mereka yang menggunakan waktu luangnya untuk berchat ria dibandingkan dengan membaca buku. Suatu aktivitas yang dapat menyebabkan kecaduan di kalangan penggunanya.
Dari latar belakang tersebut disini penulis mencoba menghadirkan suatu fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa, “mengapa mereka lebih menyukai chatting via handphone? dibandingkandengan komputer atau seperti zaman dimana handphone belum banyak seperti ini apakah hal itu akibat dari konsumerisme yang menciptkan gaya hidup borjuis di kalangan mahasiswa ?
Dengan Mengambil informan mahasiswa UNS sebagai subjek penelitian, disini penulis mengambil teknik observasi partisipan dan wawancara yang dilakukan baik lewat chatting maupun tatap muka.

B. Handphone Sebagai Media Komunikasi
Di era serba canggih seperti saat ini, rasanya ada yang kurang seandainya kita tak punya handphone. Memang manusia tak akan mati hanya gara-gara tak punya handphone. Tapi benda mati yang satu ini telah menyebabkan demikian banyak manusia mengalami ketergantungan kronis. Handpone adalah sebuah teknologi yang jauh lebih fleksibel daripada telepon rumah, karena ia tanpa kabel dan bisa dibawa ke mana-mana.
Tapi manusia adalah makhluk yang tak pernah puas. Rasanya ada yang kurang jika handphone hanya bisa dipakai untuk menelepon dan ber-SMS ria. Tentu asyik jika lewat handphone kita juga bisa mendengarkan siaran radio, memutar MP3, main game, bahkan menonton acara televisi. Maka, fungsi handphone pun kini bergeser jauh. Ia tidak lagi sekadar mempermudah komunikasi manusia. Handphone masa kini adalah sebuah produk teknologi yang memanjakan gaya hidup dan keinginan manusia yang tak ada habis-habisnya. Kian hari, kian banyak orang yang memiliki handpone. Handphone bukan lagi barang mewah, tapi telah berubah menjadi benda yang amat dibutuhkan, bahkan oleh tukang ojek dan kuli bangunan sekalipun.
Handphone kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gaya hidup manusia. Padahal fungsi utamanya hanya untuk mempermudah urusan komunikasi. Menurut Toffler dalam buku karangan wahyudi kumoroto dan Subandono Agus margono menyebutkan bahwa peradaban yang pernah dan sedang dijalani oleh umat manusia terbagi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang dimana tahapan manusia ditandai dengan peradaban agraris dan pemanfaatan energi terbarukan (8000 sebelum masehi – 1700). Gelombang kedua ditandainya dengan munculnya revolusi industri (1700 – 1970-an). Dan gelombang terakhir adalah peradaban yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi, pengolahan data, penerbangan, aplikasi luar angkasa, bioteknologi dan computer.
Saat ini, berdasarkan realitas yang ada, sudah jelas bahwa kita berada pada gelombang ketiga, dimana kita hidup di zaman yang ditopang oleh kemajuan teknologi informasi yang memicu terjadinya ledakan informasi. Ledakan informasi yang terjadi membawa berubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Kita telah mengalami masa peralih dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.
Informasi saat ini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, baik itu individu maupun institusi. Informasi ikut berperan dalam menentukan keberhasilan seseorang dan institusi. Mahasiswa dan pelajar sangat memerlukan informasi untuk mendukung sukses belajar dan kegiatan penelitiannya. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa masyarakat saat ini adalah masyarakat informasi. Hal ini dapat dilihat dari posisi stragegis informasi itu sendiri bagi kehidupan masyarakat serta sikap masyarakat dalam memberlakukan informasi. Teknologi informasi dan komunikasi ikut andil dalam pembentukan masyarakat.
Perkembangan teknologi computer, internet, handphoene, serta produk-produk komunikasi serta semakin majunya dunia broadcasting menyebabkan informasi dapat didistribusikan dengan mudah, cepat dan tepat. Waktu dan letak geografis tidak lagi menjadi masalah dalam distribusi informasi. Informasi dapat disampaikan kepada mereka yang membutuhkan dengan kemajuan teknologi yang ada. Internet menyediakan beberapa fasilitas seperti web browser, mail, chatting yang dapat digunakan untuk menelusur informasi dari berbagai penjuru dunia dan berkomunikasi atau menyampaikan informasi kepada mereka yang butuhkan secara cepat. Produk-produk komunikasi seperti telpon, telpon genggam, personal digital asisten (PDA) juga semakin memperlancar proses distribusi informasi. Perkembangan dunia broadcasting tidak ketinggalan dalam menyampaikan informasi kepada masyrakat, dan seiring dengan harga perangkat televise dan radio yang semakin murah memungkinkan masyarakat memperoleh informasi melalui dua media tersebut.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadikan masyarakat di dunia berada dalam satu jaringan besar. Jaringan besar tersebut yang memungkinkan distribusi informasi berjalan secara cepat, tepat dan masyarakat mudah untuk mengaksesnya. Informasi dengan perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang ada saat ini menjadikan informasi layaknya produk makanan instant yang setiap saat dapat dikonsumsi. Informasi saat ini seolah-olah berada digenggaman tangan masyarakat. Laksana HP yang berada di dalam genggaman tangan.
bersambung cuyy

Pacaran oh Pacaran....

Pacaran itu enak, pacaran itu mengasyikan, pacaran itu membuat dunia jadi bewarna, pacaran membuat kita semangat, kalo kita punya pacar liat tai pun rasanya brownis, kalo kita punya pacar maunya kelet alias ngantil bin lengket kayak umbel.... wkwkwkwkw

Yupi....begitulah suara-suara merdu kaum yang dimabuk pacaran terutama remaja-remaja yang baru mengenal “pacaran” apalagi kalo pacaran sama orang yang kita sukai. Wuuuiiiiitzzzzzzzzzzz......aku bakalan berkorban untuknya antar jemput dia kemanapun pergi, nraktir maem, mimix, nonton sampe permen juga ditraktir ckckckckkc....

Pengertian Pacaran Versi Kamus

Pacaran itu apa seh???? Pacaran itu berasal dari kata pacar yaitu pewarna kuku alami yang berasal tumbuhan dan akhiran -an yang merunjuk kata benda atau kata kerja (contohnya aja Rambutan, setopan, dudukan, dodolan, udetan, petanan dll) jadi arti pacaran menurut versi penulis adalah melakukan pewarnaan pada kuku secara alami. Nagco banget seh,,, :p Menurut kamus besar bahasa Indonisia (edisi ketiga, 2002:807) pacar itu adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih, sedangkan berpacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan dengan sang pacar. Tu kamus sudah direvisi belum ya???bukannya pacar gak selalu lawan jenis, orang yang pacaran sejenis aja sudah mulai go public.

Teori Pacaran

Dosenku yang feminis pernah bilang pacaran adalah suatu bentuk kekerasan simbolik. Bagaimana dikatakan kekerasan simbolik orang bawaannya senang-senang. Gini aja dech bayangin kalo pacar (biasanya sih cewek atau bisa juga cowok yang matre) minta beliin macem-macem ini itu ngajak sini sono, bukanya diliat sang pujaan hati dompetnya tinggal gopek padahal parkirpun sudah goceng. Katanya cinta kenapa kok diporotin seh??? Sebel...sebel...sebel...hanya dikata dalam hati dilain pihak ketika mata sudah bertemu senyuman manja atau monyongan bibir 10 centi hatipun mulai tidak punya nurani tuk bilang “Tidakkkkkkkkkkkkkkk” yang pacarnya kaya mah enak tinggal minta dibeliin (padahal tuh uang juga dari Bonyoknya) tapi yang kere kasihan banget kan harus pake utang-piutang buat nutupin kemonyongan bibir pacarnya. Itupun hanya dalam hati saja karena merupakan suatu bentuk kekerasan, sang pacar minta kiss bukanya itu merupakan bentuk kekerasan. Apa hak bagi individu yang berpacaran untuk minta dibelikan ini dan itu?? Padahal mereka tidak terikat dalam naungan hukum yang berlaku yaitu hukum agama atau negara.

Teori four years itch hasil karyanya antropolog mbah Helen Fisher bahwa kasus-kasus perceraian itu timbul setelah 4 tahun masa perkawinan. Coba dech renungin, itu aja yang da nikah apalagi kalo pacaran. (kalo bisa sih menikah sekali seumur hidup ya paq buq?) Ni resep dari temanku cowok tapi please jangan ditiru broo dosa loh!! ( itu mah kalo ingat tentang dosa)

Satu bulan pertama harus nunjukin sifat-sifat terbaik kita biar sang pujaan hati makin kesengsem meskipun harus pake topeng berkarat sekalipun neper mind, bulan kedua setelah dia mulai semakin tersepsona pacaran harus bisa pegang-pegangan tangan yah gak masalah meskipun tangan si doi kasar setidaknya kan ada transferan energi panas tubuh ku ke dalam dirinya (Preeeeeeeeeeeet), bulan ketiga kalo da pegang-pegangan tangan saatnya minta kissing (merona boxx ane dengernya) dan bulan selanjutnya setelah semuanya “yes” alias lampu ijo kayak tol nyaris tanpa hambatan mulailah pegang sane sini yang gak bisa diliat publik (tau maskudnya kan brooo). Tapi semuanya tergantung dari individu yang menerapkannya HASIL DARI TIAP ORANG BERBEDA TERGANTUNG NAPSONG DAN PENGALAMAN wkwkwkkwkkw.........................Kalo dua bulan belum dapat apa-apa langsung deh mending putusin tuh cewek.... (tobatlah sob sebelum telat.... hikz****)

Pacaran sendiri merupakan bentuk “cinta yang romantis”, menurut teori segitiga sternberg (1986) yaitu pengalaman hasrat dan intimasi tanpa komitmen. Jadi karena tidak adanya ikatan secara hukum dan agama maka dengan enaknya dapat memutuskan pacar apalagi ngurusin harta gono gini hohohoho. Dalam rangka menilai apakah seseorang itu mencintai kita atau tidak biasanya bergantung bukan hanya pada kata-kata, tapi juga tindakan namun bukan tindakan yang malah akan merusak pasangan kita. Jadi jika kamu mencintai orang maka lindungilah dia, jagalah dia, bahagiakanlah dia, jika dia lebih berbahagia dengan orang lain gak usah ngedumel berdoalah untuk kebahagiaan mereka karena cinta itu gak harus memiliki (kalimat terakhir buat adikku yg lagi blokade heart he8).

Akhir dari Tulisan

Pacaran itu hak setiap orang (meskipun dalam Islam gak ada yang namanya pacaran) terserah mau pacaran atau gak tapi setidaknya sebelum pacaran pertimbangkan dulu segi positif dan negatifnya, pertimbangkan dulu kualitas sesorang yang menjadi partner kita dalam pacaran dsb dsb. Terus terang saia sering BT jika dengar teman marahan sama pacarnya sampai keluar kerikil-kerikil air mata ataupun yang habis ditampar sampai bengkak kayak gajah (OMG) tolong liat aku???mau dibawa kemana hubungan kita???.kutak akan terus jalani tanpa ada ikatan pasti antara kau dan aku. ( Mz Armada nyuwun pundut syairnya ya.....J). dan tentunya saia disini tidak akan menghakimi bagi siapa yang sedang berpacaran atau yang mau berpacaran, ataupun yang ingin pacaran setelah nikah, dan bahkan yang sama sekali gak mau semuanya. Serahkan semuanya kepada Allah hakim yang Maha Adil.